Sebagai warga Negara Indonesia kita tentu akan
bangga, jika melihat pemerintah bekerja
dengan baik untuk dapat meningkatkan kesejahtraan rakyatnya, biasanya indikator
untuk melihat tingkat kesejahtraan dalam
sebuah negara, yaitu melalui alat satuan hitung yang dinamakan Product Domestik
Bruto (PDB). PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam
satu tahun. Berbagai negara berlomba-lomba untuk dapat meningkatkan jumlah
nilai PDB ini sebagai indikator bahwa perekonamian negara tersebut dalam
keadaan sehat wal afiat dengan tingkat kesejahtraan yang tinggi. termasuk Indonesia, bagi indonsia bukan hanya sebuah halusinasi belaka.
ketika saat ini pemerintah kita dapat memanagament perkonomian dengan baik, pertumbuhn
perekonomian Indonesia selalu berada setiap tahun di atas 6% (2012: 6,23%).
Kinerja ini lebih baik dari pada semua Negara di segala benua kecuali china,
memang china lebih baik dari pada kita yang dapat mempertahankan pertumbuhanya
di atas 7% (20012:7,8%).
Dalam
situasi perekonomian yang paling sulit ini, progam pemerintah dalam RAPBN 2013
menargetkan pertumbuhan sebesar 6,8%, lebih besar dari pada target APBN-P 2012
sebesar 6,5% (depkeu.go.id). Ini artinya bahwasanya pemerintah optimis dalam
situasi krisis yang melanda berbagai penjuru perekonomian dunia dapat
meningkatkan nilai pertumbuhan Indonesia pada level 6,8%. sungguh pencapaian
yang luar biasa, bahkan pemerintah yakin Indonesia akan menjadi poros kekuatan
perekonomian global terutama peran Indonesia dalam kawasan ASEAN yang mempunyai
pengaruh sangat besar.
Tetapi
apa kita sadar, bahwasanya ini hanya
sebuah catatan numerik belaka. yang tidak mencerminkan tingkat kesejahtraan yang
dirasakan sepenuhnya oleh kurang lebih 240juta jiwa penduduk Indonesia. Disisi
lain product domestic kita selalu naik tetapi tidak di barengi dengan
pemerataan pendapatan di masyarakat sehingga menyebabkan tingkat ketimpangan
antara miskin dan kaya semakin tajam. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data
BPS melalui indek gini (Gini Indeks) dari tahun 2010 sampe 2012 sebesar : 2010
(0,38) 2011 (0,41) 2012 (0,41). Berdasarkan data tersebut bahwasanya
ketimpangan pendapatan mendekati 0.5 yang menunjukan adanya ketimpangan yang
semakin tajam di setiap tahunya ,semakin tinggi indek gini maka ketimpangan
semakin tajam. Bagi yang belum paham indeks gini itu apa.? Indeks Gini merupakan indikator tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan yang ditunjukkan koefisien nol hingga satu
(0-1). Semakin tinggi koefisien, kian timpang distribusi pendapatan penduduk
Oleh
karena itu, apalah artinya nominal dari sebuah peningkatan nilai PDB Indonesia
yag tinggi jika di setiap sudut kota
masih banyak rakyatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan, tingginya tingkat
pengangguran, kue dari hasil pertumbuhan tidak di bagikan secara merata. Bisa
jadi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu berada di atas level 6% hanya
dirasakan oleh segelintir menengah atas yang hanya 1% (Litbang Kompas
Maret-april 2012) dari jumlah penduduk Indonesia, walaupun jumlah kaum menengah
di tahun 2012 meningkat mencapai 50%. Tetapi tetap saja banyak rakyat yang
hidup di bawah garis kemiskinan. Tingkat pendidikan yang rendah, gizi buruk
yang sering kita lihat dimedia masa. Inilah yang dinamakan pertumbuhan ekonomi
yang tak berkualitas dengan tingkat kesejahtraan yang semu. Di saat
perekonomian tumbuh tinggi (booming) dari pada Negara lain, disaat itu pula
masih banyaknya rakyat yang menjerit karena mahalnya sembako.
Kalau
kita membahas kesejahtraan dalam sebuah negara. Ternyatanya indikator
peningkatan PDB bukan cerminan dari peningkatan kesejahtraan rakyat. Lalu adakah
cara penghitungan selain PDB untuk melihat indikator kesejahtraan dalam sebuah negara.?
Tentu ada. Menurut hemat penulis, sebenarnya penghitungan kesejahtraan rakyat
bisa dilihat bukan hanya dengan PDB, walaupun diseluruh negara penjuru dunia
PDB adalah satuan hitung mutlak untuk
mengukur tingkat kesejahtraan. akan tetapi kita bisa juga melihatnya melalui
penghitungan tingkat pendidikan dari jumlah penduduk yang belum tersentuh
pendidikan baik di kota maupun di desa, tingkat kriminal dari jumlah penduduk
yang melakukan tindak pidana criminal Karen faktor ekonomi, indek pembangunan
manusia disetiap provinsi, tingkat pengangguran kaum terdidik atau nonterdidik.
Dan penghitungan yang lainya yang lebih real untuk dapat di pahami oleh masyarakat.
Waalhualam Bishawab
Jazakallah.. atas kunjungannya.
Anas Malik
Twiter : @anassyariah
0 komentar:
Posting Komentar