Senin, 22 Oktober 2012

Refleksi 7 Hari Pasca Wisuda.. Bagaimana Nasib kita..?


By: Anas Malik


Waktu berganti waktu, hari barganti hari. Sudah 7 hari IAIN Raden Intan Lampung mengadakan resepsi akbar mewisudakan para Intelektuanya. ini sudah  menjadi tradisi dalam  penyelenggaraan  ritual wisuda sarjana setiap tahunnya yang diadakan oleh IAIN Raden Intan. Wisuda sarjana seringkali dimaknai sebagai upacara pengukuhan terhadap mahasiswa setelah mengakhiri seluruh progam pendidikan yang telah ditempu selama kurun waktu tertentu. Padahal makna terpenting dari wisuda sarjana merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah pengakuan resmi perguruan tinggi terhadap lulusanya sebagai sosok yang yang diserahi amanat mengemban ilmu. Dengan kata lain. Para sarjana adalah sosok intelektual.

Menjadi sarjana muda merupakan kebahagian tersendiri buat kita semua. Karena menjadi sarjana adalah moment terpenting atas keberhasilan kita dalam menyelesaikan masa perjenjangan kuliah/ study kita. Ditambah  langsung reward  public dari status social kita akan naik lebih tinggi dari pada sebelumnya.
  Dalam masyarakat Kata sarjana identik dengan penguasaan ilmu dalam bidang tertentu atau sering juga disebut “generasi intelektual”. Generasi perubahan yang akan berkiprah diingkungan masyarakat dalam bidangnya. contoh sarjana ekonomi maka masyarakat  akan mengatakan dia ahli dalam bidang ekonomi. Tapi secara tidak langsung hal tersebut penuh dengan beban yang berat. Yaitu beban perubahan social yang harus diembannya. Ketika kita dikatakan oleh public anda adalah ahli Ekonomi Islam maka public akan menjustice anda mengetahui/paham semua permasalahan ekonomi Islam. dan menuntut adanya perubahan dalam struktural masyarakat.Baik yang anda pelajari maupun yg tidak pernah sama sekali, bahkan menurut anda sangat asing. Seolah2 anda turun dari planet yg terjauh dari keterasingan.

Yang harus kita ketahui bersama adalah pengembangan diri keilmuan seorang sarjana masih menjadi kunci bersaing di tengah-tengah masyarakat. Meski telah dilepas dari perguruan tinggi tempatnya menuntut ilmu, tantangan yang mengedepankan pengetahuan hal mutlak yang harus dimiliki para sarjana. Karena Daya saing tersebut semakin tak bergantung lagi pada pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, para sarjana harus mampu melakukan pengembangan diri untuk mempertahankan relevansi di tengah-tengah masyarakat, ketika sarjana tidak bisa mengambil peran perubahan social dalam  masyarakat maka saya katakan dia adalah sarjana “Bodong. Sarjana apa adanya, penuh dengan ketiadaan dan keterbatasan berfikir kreatif. Dan penuh dengan penderitaan dalam pengembangan diri. Penuh kecemasan dalam menghadapi masa depanya sendiri apa lagi tidak  dapat berkiprah daam masyarakat. Masih ingatkah ketika kita berikrar sebelum disahkan mutlak untuk menjadi intelektual,kita  dengan mengatakan “ Mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan keahlian yang saya Miliki untuk kepentingan Agama, Masyarakat, Bangsa dan Negara”. yang harus kita perhatika 4 point terakhir (pengabdian kepada agama, masyarakat, bangsa,dan negara ) ini merupakan beban yang harus dijalankan oleh para sarjana...Apa gunanya menjadi sarjana kalau ikrar hanya menjadi sebatas slogan yang setiap tahun selalu dibacakan berulang kali. Padahal ketika kita berikrar seluruh umat manusia menaruh harapan kepada kita semua untuk dapat berkontribusi dalam pengembangan wacana keilmuan. Bukan hanya keilmuan yang bersifat normative saja tetapi yang bersifat positif juga harus dikembangkan oleh para sarjana. Untuk melakukan perubahan yang dapat mewarnai dilingkungannya. Tapi kadangkala kita tidak memahami apa yang diinginkan oleh masyarakat. Masyarakat juga menginginkan perubahan bagi dirinya dan keluarganya. sama seperti perubahan yang kita peroleh selama ini. Yang membedakan hanya kesempatan dalam mencapainya. Kita bersyukur bisa menyelesaikan jenjang keperguruan tinggi.

Banyak masyarakat disekitar kita yang belum mampu mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Dia menaruh sejuta harapan kepada kita semua. Agar kita (Sarjana) dapat bisa mengangkat martabat bangsa ini. Jangan sampai kita di ilustrasikan seperti dalam nyanyain bang Iwan Fals.

“Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Tak berguna ijasahmu
Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Sia-sia semuanya.
Setengah putus asa dia berucap
"maaf ibu..."
(Iwan Fals: Sarjana Muda)

Terasa sedih nasib sarjana sekarang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2011, 8,12 juta (6,8 persen) angkatan kerja kita adalah pengangguran terbuka ─sama sekali tidak memiliki pekerjaan─ dan sekitar 600 ribu (7,6 persen) orang diaantaranya adalah mereka yang telah lulus universitas alias sarjana. Kondisi ini sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan Agustus 2010, di mana jumlah penganggur sarjana mencapai sekitar 700 ribu orang (8,5 persen).(ekonomi.kompasiana.com/bisnis). pengangguran sarjana setiap tahun akan bertambah. dan kompetensi keilmuan atau skill akan lebih berharga dari pada IPK yg kita dapatkan.  dari 600.000 pengangguran. No urut berapakahkita semua dari jumlah pengangguran yang ada..?

Sebenarnya untuk para sarjana tidak ada namanya “pengangguran”. Percuma kalau kuliah hanya sebatas pencari kerja. Lama-lama kuliah 4 tahun dengan biaya yang tidak sedikit hanya untuk berkompetensi dalam dunia kerja.  Yang menjadi pertanyaannya adalah Kalau kita tidak mendapatkan pekerjaan apakah kita termasuk orang gagal…?..Tidak. sarjana yang dikukuhkan oleh Rektor kita bukan untuk pencari kerja tetapi menciptakan lahan pekerjaan buat orang lain. kalau hanya orientasi pencari kerja maka selamanya kita tidak akan berkembang.. percuma dosen menerangkan teori "Entrepeunership" jika hanya sebatas normatif. Sekarang waktunya kita aplikasikan dalam dunia nyata. Tidak ada kata yang tidak bisa. Seperti saya kutip dalam film Kungfu Panda I “Tidak ada resep rahasia dalam pembuatan Mie yang istimewah, yang ada adalah keyakinan pada diri sendiri”. Yah.. keyakinan adalah modal utama bagi kita semua. denagn adanya keyakinan tidak ada kata untuk tidak bisa kita lakukan. Ada kata mutiara mengatakan “jika anda menginginkan perubahan keci maka rubahlah kebiasaan anda, jika anda menginginkan perubahan besar maka rubahlah paradigma anda”. Saatnya kita merubah paradigm kita dengan keyakinan. Masih banyak waktu yang akan kita lalui…  akankah kita harus menunggu adanya lahan pekerjaan..? seandainya ada 1 juta sarjana yang berfikir sama seperti kita untuk mencari pekerjaan.. bagaimana dengan nasib bangsa ini. hal ini seperti di gambarkan dalam film "alangkah lucunya negeri ini"... semoga apa yang kita lakukan saat ini dapat memberikan manfaat bagi diri kita dan masyarakat kita.. dan kita rubah paradigma yang ada sekarang wisudawan IAIN Raden Intan  bukan dicetak untuk menjadi pencari kerja  yang akan menambah derat nama pengangguran Intelektual. tetapi IAIN Raden Intan mewisudakan lebih dari seribu  calon pengusaha yang akan menjadi pondasi pembangunan bangsa ini.....MANTAP.
 ...Waalahu'alam bi sahawab.

*Tulisan Lama, (Mengenang 7 hari Pasca Wisuda 2011).
Metro, 2 November 2011 pukul 21:25

0 komentar:

Posting Komentar