Oleh : Anas Malik AL-Kaliandawi
Konflik horizontal
yang sering terjadi di indonesia bukanlah hal yang baru,
keanekaragaman budaya,suku bangsa, dan agama seharusnya dapat
berjalan dengan ruang dimensi kebersamaan dan toleransi.
Keanekaragaman ini seharusnya menjadi cerminan dan Icond Indonesia
dalam ranah kaya akan nilai-nilai keragaman kearifan lokal dalam kancah dunia
internasional. Bukan malah menjadi dinamika konflik yang terjadi
dimasyarakat. Kasus terbaru saaat ini yang terjadi lampung selatan
menjadi bagian dari benturan egoisentris/rasisme etnis Lampung dan
Bali dan belum ada jalan
penyelesaiannya. Bahkan konflik ini sudah menjadi konflik
rasisme etnis Bali dan Lampung yang berkepanjangan.
Sehingga telah menelan korban saat tulisan ini ditulis sudah mencapai 9 korban tewas dan 16 rumah dibakar beserta puluhan korban
luka-luka.
Konflik horizontal
ini seharusnya tidak terjadi jika peran masyarakat dan pemerintah
dapat berjalan dengan bersamaan mejaga keragaman/kearifan lokal kedua etnis tersebut. Selama ini pemerintah sangat kaku
dalam menengahi dua etnis ini (Lampung-Bali) dalam menyelesaikan
konflik tersebut. Terutama dalam keamanan masyarakat. Pihak keamanan
saat ini Bisa dibilang seperti pemadam kebakaran, bertindak kalau
konflik sudah terjadi. Padahal hal ini bisa di antisipasi oleh
pemerintah terutama pihak keamanan melalui dialaog para tokoh adat
atau kegiatan-kegiatan dimasyarakat dikedua kelompok tersebut.
Selain dari peran
pemerintah ada hal yang sangat terpenting dalam penanganan konflik
saat ini. Yaitu kembali kepada pesan-pesan perdamaiaan dalam kitab
suci kedua kelompok tersebut. Ketika sebuah umat kembali kepada
ajaran agama masing-masing, maka rasa toleransi terhadapa agama lain
akan muncul. Maka dari itu setiap agama mempunyai pesan-pesan yang
tersirat maupun tersurat dalam kitab suci yang harus di taati oleh
pemeluknya. Al-quran dan Al-Hadits yang harus di imani dan
dijalankan oleh umat Islam. Terutama saat ini etnis lampung yang
beragama islam. Begitu juga dengan etnis bali yang beragama Hindu
harus dapat juga mengimani kitab Veda, yang sering disebut juga
dengan nama Catur Veda (Rgveda,Yajurveda,Samaveda, dan Atharvaveda).
Ketika hal ini
dilakukan, saya rasa rasa toleransi akan muncul tanpa merendahkan
martabat suku dan agama kedua belah pihak yang bertikai, Seperti
dalam Pemikiran Hindu tentang kedamaian tersirat dan tersurat dalam
Kitab Suci Veda, beberapa diantaranya sebagai berikut;
“Mitrasya ma caksusa sarwani
Bhutani samiksantam,
Mitrasyaham caksusa sarwani Bhutani
samikse,
Mitrasya caksusa samiksamahe”
(Yayur Veda, XVI.18).
Artinya :
“Semoga mahkluk memandang kami dengan
pandangan seorang sahabat, Semoga saya memandang semua mahkluk
sebagai sahabat, Semoga kami saling berpandangan penuh persahabatan”.
“Santam bhutam ca bhavyam ca
Sarvam eva sam astu nah “(Atharva
Veda XI)
Artinya :
“Semoga masa lalu, masa kini dan masa
datang penuh kedamaian dan amat ramah kepada kami”.
Dari beberapa
petikan mantra/sloka Suci (ayat suci) Veda di atas, memberikan sebuah
perintah (intruksi) dan pesan kepada kita semua bahwa dalam hidup dan
kehidupan ini kita harus tumbuhkan jiwa kemitraan/persahabatan untuk
menciptakan kedamain di Alam Semesta ini termasuk di Bumi, sehingga
terbentuk sebuah pondasi kedamaian yang kuat baik masa lalu, masa
kini dan masa datang. Ini hanya sebagian dari pesan perdamaain yang
ada di kitab suci veda, belum lagi pesan dari kitab-kitab yang imani
oleh agama hindu seperti Bhagawadgita, Purana, itihasa, Nitisastra da
an lainya.
Lalu bagaiman dengan Islam..? Islam sangat menjunjung nilai-nilai
perdamaian. Bukan hanya sesama pemeluknya tetapi sesama agama lainya.
Bahkan nilai-nilai yang terkandung dalam islam adalah nilai
perdamaian semesta alam. Islam sebagai agama yang membawa misi
perdamaian dengan tegas mengharamkan kepada umat manusia melakukan
kedzaliman, kapan dan di mana saja.
Firman Allah :
وَمَنْ يَظْلِمْ مِنْكُمْ
نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا
Dan
barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan
kepadanya azab yang besar (QS.
25:19)
قُلْ يَا عِبَادِ
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ
ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ
الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ
وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ
أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah
kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas.(QS. Az Zumar: 10)
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al Mumtahanah: 8).
sabda
Rasulullah SAW
Janganlah
kamu menjadi orang yang "ikut-ikutan" dengan mengatakan
"Kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik
dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim".
Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, "Kalau orang lain
berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain
berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya". (HR. Tirmidzi)
ini
hanya sepenggalan dari ajaran islam. Allah memerintahkan kepada
umatnya untuk berbuat kebajikan di muka bumi ini. Sebagaimana baginda
Rasulullah SAW bersabda : “Wahai
umatku sesungguhnya telah aku haramkan bagi diriku perbuatan dzalim
dan aku juga mengharamkannya diantara kalian maka janganlah berbuat
dzalim”. Bahkan
dalam hadits lain disebutkan :
Barangsiapa yang membunuh mua'adan ( orang kafir yang mendapat
jaminan ) hidup dari Allah dan rasulnya, maka tidak akan mencium
baunya surga.
Ketika
umat islam ini dapat mengamalkan ajaran yang dibawa oleh Baginda
Rasulullah SAW. Maka saya yakin tidak akan muncul konflik yang
mengatas namakan ras atau suku lain. Sebagaimana Allah memerintahkan
dalam firmanya :
"Hai
manusia! Kami ciptakan kamu dari satu pasang laki-laki dan perempuan,
dan Kami jadikan kamu beberapa bangsa dan suku bangsa supaya kamu
saling mengenal (bukan supaya saling membenci). Sungguh, yang paling
mulia di antara kamu di dalam pandangan Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Allah Maha Tahu, Maha Mengenal". (Al-Hujurat [49]: 13)
Ayat tersebut ditujukan kepada umat manusia seluruhnya, tak hanya kepada kaum Muslimin. Manusia diturunkan dari sepasang suami-istri. Suku, ras dan bangsa mereka merupakan nama-nama saja untuk memudahkan, sehingga dengan itu kita dapat mengenali perbedaan sifat-sifat tertentu. Di hadapan Allah SwT mereka semua satu, dan yang paling mulia ialah yang paling bertakwa.
Penyelesaiaan
konflik yang terjadi di lampung selatan antara etnis Lampung dan Bali
seharusnya tidak terjadi jika masyarakat tersebut kebali kepijakan
agama yang dianutnya. Pendekatan agama lah yang seharusnya dilakukan
oleh para tokoh agama untuk meredahkan ketegangan dikeduabelah pihak
( Walaupun indikatornya konflik antar etnis). Etnis bali harus dapat
mengamalak sloka Suci Veda begitu juga Etnis Lampung harus dapat
mengamalkan Al-Quran dan Al-Hadits. Ketika pesan perdamaian di
kedua agama tersebut di amalkan, maka rasa kebersamaan dan rasa
toleransi akan terwujud dalam tatanan kemasyarakatan yang madani.
Yang dapat menhindari terjadinya konflik sosial di masyarakat lampung
Selatan. Maka keharmonisan dan kerukunan akan terwujud di lampung
selatan.
0 komentar:
Posting Komentar