Jumat, 25 Mei 2012

Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalis



Sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem ekonomi yang saat ini paling sukses merajai dunia dan Hampir tidak ada negara-negara di dunia saat ini yang tidak menggunakan sistem ekonomi ini. Tetapi sejak ideologi kapitalisme diterapkan, nilai keagamaan, kemanusiaan dan moralitas semakin tergerus. Satu-satunya yang mendominasikan hanyalah nilai material. Namun, nilai material ini pun malah memperlebar kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Oleh karenanya timbul adanya istilah “yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin”. 

Dalam system ekonomi kapitalis terdapat Problem kelangkaan Relatif atau scarcity problem yang menjadi salah satu prinsip pada system ini, dimana pada prinsip yang satu  ini didasarkan pada kenyataan bahwa ada gap antara kebutuhan yang disebut tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Karena alat pemuas kebutuhan tidak mencukupi kebutuhan, disitulah disebut adanya kelangkaan. kebutuhan manusia yang diakui oleh kaum kapitalis
itu hanyalah kebutuhan fisik atau materi. Adapun kebutuhan yang bersifat emosional seperti rasa bangga dan kebutuhan spiritual seperti pengagungan terhadap sesuatu adalah kebutuhan yang tidak pernah diakui keberadaannya secara ekonomi dalam pandangan kaum kapitalis. Demikian juga alat pemuas kebutuhan yang mereka kaji untuk diproduksi, didistribusi dan dikonsumsi adalah alat pemuas kebutuhan yang bersifat fisik. Dalam sistem ekonomi kapitalis yang menjadi ukuran barang dan jasa tersebut adalah faktor kegunaan (utility). Kegunaan (utulity) ini sangat khas atau sangat personal. Dikatakan khas dan personal karena kegunaan (utility) tunduk pada keinginan (want) orang perorang. Dengan kata lain, barang dan jasa itu dianggap mempunyai kegunaan, jika barang dan jasa itu dibutuhkan. Barang dan jasa tersebut dalam asumsi mereka dibutuhkan jika orang perorang yang menginginkannya.[1]

Dengan demikian, barang yang memiliki kegunaan (utility), menurut kacamata ekonomi kapitalis adalah segala sesuatu yang diinginkan (wanted), baik yang bersifat primer atau non-primer, maupun yang dianggap oleh sebagian orang memberikan kepuasan sedangkan menurut sabagian yang lain membahayakan. Artinya, sesuatu itu menurut kacamata ekonomi tetap dianggap memiliki nilai guna selama masih ada orang yang menginginkannya. Inilah yang juga menjadi standar mereka untuk menentukan, apakah barang tertentu dianggap sebagai barang ekonomi (economic goods) atau tidak. Dengan kata lain, satu-satunya standar yang menentukan  barang dan jasa tersebut bisa diproduksi, dikonsumsi dan didistribusi di tengah-tengah masyarakat adalah factor keinginanan (want). Contoh : pornografi, minuman keras, narkoba dan segala sesuatu yang diharamkan misalnya, selama masih ada orang yang menginginkannya maka selama itu pula barang-barang haram tersebut akan terus diproduksi, dikonsumsi, dan didistribusikan di tengah masyarakat. Ini untuk contoh barang, sedangkan jasa juga sama. Misalnya, pelacuran, pornoaksi, layanan aborsi dan sebagainya adalah jasa yang akan tetap di produksi, dikonsumsi dan didistribusikan ditengah masyarakat,selama masih ada yang menginginkan jasa haram tersebut. Inilah gambaran kecil bobrokan system kapitalis.[2]

Dalam memandang Nilai, Sistem Ekonomi Kapitalis juga beranggapan bahwa nilai paling tinggi dari ekonomi itu adalah saat kebutuhan terpenuhi dan materi bisa diperoleh. Kemudian ini menimbulkan satu individu dan masyarakat yang kemudian sangat mengagungkan nilai-nilai materialisme. Karena bagi mereka tidak ada nilai yang lebih tinggi kecuali nilai materi. Dan dari sistem pemikiran seperti itu nilai-nilai luhur seperti nilai-nilai keharmonisan, nilai-nilai persaudaraan, termasuk juga nilai-nilai agama terabaikan. Jadi nilai materialisme itulah yang sangat diagungkan[3]. Dalam ekonomi kapitalis diakuinya kepemilikan harta pribadi secara penuh dan tidak ada kebebasan yang sempurna. Sebagian dapat memperoleh kebebasan yang lebih dari pada yang lain.[4]

Dengan semangat materialisme nya ini, Sistem Kapitalis kemudian mempunyai tujuan, yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Kapitalisme mendorong manusia untuk memproduksi segala macam. Kalau produksi itu dianggap sebagai industri maka industri dalam kapitalisme itu bukan hanya manufaktur, bukan hanya barang-barang, tetapi juga industri hiburan, bahkan industri seks, karena itu dianggap sebagai alat pemuas. [5] Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa system ekonomi kapitalis akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang besar. 
Dalam perkembangannya, tak dapat dipungkiri kapitalisme sebagai sistem ekonomi kini tengah berjaya ditingkat gelobal, terutama setelah momentum hancurnya sosialisme pada tahun 1990-an. Hampir semua Negara didunia menerapkan kapitalime dengan berbagai variasinya. Robert Gilpin dan Jean Milis Gilpindalam bukunya the challenge of globlal Capitalis (2000), bahkan memuji kapitalisme sebagai “system ekonomi pencipta kesejahteraan paling berhasil yang pernah dikenal didunia” namun para pemuja fanatic kapitalis itu lupa untuk menyoal bahwa penikmat dari kesejahteraan itu sebagian besarnya adalah Negara-negara penjajah kaya. Kapitalisme saat ini tengah meluncur menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda kerapuhan kapitalisme makin terlihat, sperti : semakin seringnya terjadi krisis keuangan.[6] selain itu didalam sistem keuangan kapitalisme didasarkan pada 2 hal yang sangat dilarang dalam Islam, yakni Riba dan judi yang juga merupakan penyebab pangkal keambrukan sistem kapitalis.[7] Hal ini sudah sangat jelas terbukti di awal krisis pertengahan tahun 1997, bank-bank konvensional yang berjantungkan system kapitalisme bertumbangan dan kucar kacir tak karuan. Terpaan krisis moneter saat ini tidak mampu meneguhkan exsistensi mereka sebagai perbankan konvensional yang notabe nya adalah riba.[8]

Kedudukan ekonomi kapitalisme menjadi guncang, kasus ini menyebabkan timbulnya keraguan di antara para ekonom barat tentang kemapanan struktur ekonomi kapitalis yang mereka bangga-banggakan. Hal ini menunjukan struktur dan system ekonomi kapitalis memerlukan autopsy (bedah masalah) secara menyeluruh.[9] Dengan demikian system ekonomi Kapitalis ini dipastikan hanya tinggal menunggu saat-saat kehancuran nya dan akan ada system ekonomi baru yang jauh lebih baik untuk menggantikan nya yakni sistem ekonomi Islam.

Dari berbagai system ekonomi yang ada, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sistem ekonomi islam di anggap sebagai smart solution dari berbagai system yang ada seperti halnya kapitalisme dan sosialisme karena ekonomi islam di anggap menjadi system ekonomi yang mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan yang nyata dalam penerapannya pada saat zaman Rosulullah Muhammad SAW dan pada masa khalifah Islamiyah sebab sisten Ekonomi Islam adalah system ekonomi yang berdasarkan pada nilai-nilai keadilan sosial dan kejujuran yang merupakan refleksi dari hubungan vertical antara manusia dengan ALLAH SWT.[10]



[1] Hafidz abdurrahman, Muqoddlmah Sistem Ekonomi Islam, cet 1, Al Azhar, bogor, 2010, hal 14-15  

[2] Ibid,hal.51

[3]  Ismail Yusanto,Al-wa’ie “ Kapitalisme Ambruk Karena Riba dan Judi”, ( jakarta : Hizbut Tahrir Indonesia,2012),

[4] Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet  4, hal 237

[5]  Ismail Yusanto, Ibid

[6] Shiddiq Al-jawi,Al’wai,pangkal kerapuhan kapitalisme,(Jakarta:Hizbut Tahrir Indonesia,2007),hal13

[7] Ismail yusanto,op.cit,hal 25

[8] Ruhul Hamasah,Mhuty,Back to sharia Economic(sebuah eksistensi),1 Rabiul akhir 1430H,hal-18


[9] Abu Fuad,Riba halal Riba haram,Jakarta,Pustaka Thariqul izzah,2011,hal-5

[10] Taqiyuddin An-nabhani,System Ekonomi Islam,cet-1,Al-Azhar Press,Bogor,2009

0 komentar:

Posting Komentar