oleh AqiLah Dzahabiyyah
Sistem
ekonomi kapitalis merupakan sistem ekonomi yang saat ini paling sukses
merajai dunia dan Hampir tidak ada negara-negara di dunia saat ini yang
tidak menggunakan sistem ekonomi ini. Tetapi sejak ideologi kapitalisme
diterapkan, nilai keagamaan, kemanusiaan dan moralitas semakin tergerus.
Satu-satunya yang mendominasikan hanyalah nilai material. Namun, nilai
material ini pun malah memperlebar kesenjangan antara si kaya dan si
miskin. Oleh karenanya timbul adanya istilah “yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin”.
Dalam
system ekonomi kapitalis terdapat Problem kelangkaan Relatif atau
scarcity problem yang menjadi salah satu prinsip pada system ini, dimana
pada prinsip yang satu ini didasarkan pada kenyataan bahwa ada gap
antara kebutuhan yang disebut tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Karena alat pemuas kebutuhan tidak mencukupi kebutuhan, disitulah
disebut adanya kelangkaan. kebutuhan manusia yang diakui oleh kaum
kapitalis
itu hanyalah kebutuhan fisik atau materi. Adapun kebutuhan
yang bersifat emosional seperti rasa bangga dan kebutuhan spiritual
seperti pengagungan terhadap sesuatu adalah kebutuhan yang tidak pernah
diakui keberadaannya secara ekonomi dalam pandangan kaum kapitalis.
Demikian juga alat pemuas kebutuhan yang mereka kaji untuk diproduksi,
didistribusi dan dikonsumsi adalah alat pemuas kebutuhan yang bersifat
fisik. Dalam sistem ekonomi kapitalis yang menjadi ukuran barang dan
jasa tersebut adalah faktor kegunaan (utility). Kegunaan (utulity) ini
sangat khas atau sangat personal. Dikatakan khas dan personal karena
kegunaan (utility) tunduk pada keinginan (want) orang perorang. Dengan
kata lain, barang dan jasa itu dianggap mempunyai kegunaan, jika barang
dan jasa itu dibutuhkan. Barang dan jasa tersebut dalam asumsi mereka
dibutuhkan jika orang perorang yang menginginkannya.[1]
Dengan
demikian, barang yang memiliki kegunaan (utility), menurut kacamata
ekonomi kapitalis adalah segala sesuatu yang diinginkan (wanted), baik
yang bersifat primer atau non-primer, maupun yang dianggap oleh sebagian
orang memberikan kepuasan sedangkan menurut sabagian yang lain
membahayakan. Artinya, sesuatu itu menurut kacamata ekonomi tetap
dianggap memiliki nilai guna selama masih ada orang yang
menginginkannya. Inilah yang juga menjadi standar mereka untuk
menentukan, apakah barang tertentu dianggap sebagai barang ekonomi
(economic goods) atau tidak. Dengan kata lain, satu-satunya standar yang
menentukan barang dan jasa tersebut bisa diproduksi, dikonsumsi dan
didistribusi di tengah-tengah masyarakat adalah factor keinginanan
(want). Contoh : pornografi, minuman keras, narkoba dan segala sesuatu
yang diharamkan misalnya, selama masih ada orang yang menginginkannya
maka selama itu pula barang-barang haram tersebut akan terus diproduksi,
dikonsumsi, dan didistribusikan di tengah masyarakat. Ini untuk contoh
barang, sedangkan jasa juga sama. Misalnya, pelacuran, pornoaksi,
layanan aborsi dan sebagainya adalah jasa yang akan tetap di produksi,
dikonsumsi dan didistribusikan ditengah masyarakat,selama masih ada yang
menginginkan jasa haram tersebut. Inilah gambaran kecil bobrokan system
kapitalis.[2]
Dalam memandang Nilai, Sistem Ekonomi
Kapitalis juga beranggapan bahwa nilai paling tinggi dari ekonomi itu
adalah saat kebutuhan terpenuhi dan materi bisa diperoleh. Kemudian ini
menimbulkan satu individu dan masyarakat yang kemudian sangat
mengagungkan nilai-nilai materialisme. Karena bagi mereka tidak ada
nilai yang lebih tinggi kecuali nilai materi. Dan dari sistem pemikiran
seperti itu nilai-nilai luhur seperti nilai-nilai keharmonisan,
nilai-nilai persaudaraan, termasuk juga nilai-nilai agama terabaikan.
Jadi nilai materialisme itulah yang sangat diagungkan[3]. Dalam ekonomi
kapitalis diakuinya kepemilikan harta pribadi secara penuh dan tidak ada
kebebasan yang sempurna. Sebagian dapat memperoleh kebebasan yang lebih
dari pada yang lain.[4]
Dengan semangat materialisme nya ini, Sistem Kapitalis kemudian mempunyai tujuan, yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya.
Kapitalisme mendorong manusia untuk memproduksi segala macam. Kalau
produksi itu dianggap sebagai industri maka industri dalam kapitalisme
itu bukan hanya manufaktur, bukan hanya barang-barang, tetapi juga
industri hiburan, bahkan industri seks, karena itu dianggap sebagai alat
pemuas. [5] Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa system ekonomi
kapitalis akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan
yang besar.
Dalam perkembangannya, tak
dapat dipungkiri kapitalisme sebagai sistem ekonomi kini tengah berjaya
ditingkat gelobal, terutama setelah momentum hancurnya sosialisme pada
tahun 1990-an. Hampir semua Negara didunia menerapkan kapitalime dengan
berbagai variasinya. Robert Gilpin dan Jean Milis Gilpindalam bukunya
the challenge of globlal Capitalis (2000), bahkan memuji kapitalisme
sebagai “system ekonomi pencipta kesejahteraan paling berhasil yang
pernah dikenal didunia” namun para pemuja fanatic kapitalis itu lupa
untuk menyoal bahwa penikmat dari kesejahteraan itu sebagian besarnya
adalah Negara-negara penjajah kaya. Kapitalisme saat ini tengah meluncur
menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda kerapuhan kapitalisme makin
terlihat, sperti : semakin seringnya terjadi krisis keuangan.[6] selain
itu didalam sistem keuangan kapitalisme didasarkan pada 2 hal yang
sangat dilarang dalam Islam, yakni Riba dan judi yang juga merupakan
penyebab pangkal keambrukan sistem kapitalis.[7] Hal ini sudah sangat
jelas terbukti di awal krisis pertengahan tahun 1997, bank-bank
konvensional yang berjantungkan system kapitalisme bertumbangan dan
kucar kacir tak karuan. Terpaan krisis moneter saat ini tidak mampu
meneguhkan exsistensi mereka sebagai perbankan konvensional yang notabe
nya adalah riba.[8]
Kedudukan ekonomi kapitalisme menjadi
guncang, kasus ini menyebabkan timbulnya keraguan di antara para ekonom
barat tentang kemapanan struktur ekonomi kapitalis yang mereka
bangga-banggakan. Hal ini menunjukan struktur dan system ekonomi
kapitalis memerlukan autopsy (bedah masalah) secara menyeluruh.[9]
Dengan demikian system ekonomi Kapitalis ini dipastikan hanya tinggal
menunggu saat-saat kehancuran nya dan akan ada system ekonomi baru yang
jauh lebih baik untuk menggantikan nya yakni sistem ekonomi Islam.
Dari
berbagai system ekonomi yang ada, dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, sistem ekonomi islam di anggap sebagai smart
solution dari berbagai system yang ada seperti halnya kapitalisme dan
sosialisme karena ekonomi islam di anggap menjadi system ekonomi yang
mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan yang nyata dalam
penerapannya pada saat zaman Rosulullah Muhammad SAW dan pada masa
khalifah Islamiyah sebab sisten Ekonomi Islam adalah system ekonomi yang
berdasarkan pada nilai-nilai keadilan sosial dan kejujuran yang
merupakan refleksi dari hubungan vertical antara manusia dengan ALLAH
SWT.[10]
[1] Hafidz abdurrahman, Muqoddlmah Sistem Ekonomi Islam, cet 1, Al Azhar, bogor, 2010, hal 14-15
[2] Ibid,hal.51
[3] Ismail Yusanto,Al-wa’ie “ Kapitalisme Ambruk Karena Riba dan Judi”, ( jakarta : Hizbut Tahrir Indonesia,2012),
[4] Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet 4, hal 237
[5] Ismail Yusanto, Ibid
[6] Shiddiq Al-jawi,Al’wai,pangkal kerapuhan kapitalisme,(Jakarta:Hizbut Tahrir Indonesia,2007),hal13
[7] Ismail yusanto,op.cit,hal 25
[8] Ruhul Hamasah,Mhuty,Back to sharia Economic(sebuah eksistensi),1 Rabiul akhir 1430H,hal-18
[9] Abu Fuad,Riba halal Riba haram,Jakarta,Pustaka Thariqul izzah,2011,hal-5
[10] Taqiyuddin An-nabhani,System Ekonomi Islam,cet-1,Al-Azhar Press,Bogor,2009
0 komentar:
Posting Komentar